“Geriel kamu cantik.”
“Kamu boong!”
“Serius!”
“Dan cantik itu sangat
relatif. Ya aku tau kok.”
“Bagiku cantik itu ndak
melulu soal wajah.”
“Hahahanjiiiir, ini tersirat
loh kamu bilang wajahku emang ndak cantik. Belibet kamu! Aku ndak masalah ndak dibilang cantik. Santai
saja.”
Lalu terpecahlah tawa.
--- --- ---
Kak Cantik, aku mengutip
saja kata-kata Kartika Jahja bahwa “most women haters are women”. Is that true?
Yessaaah!
Tadi pagi kau menguliahi
tentang cantik alami. Cantik alami bagimu adalah pergi polosan tanpa
berdandan. Kamu begitu bangga hanya dengan memakai bedak bayi wajahmu tidak
tergoda dengan krim dokter pagi-siang, two way cake, BB krim, CC krim, dan
apalah yang lain.
Lalu Kak, temanmu juga
bangga sampai ke suatu tempat dengan dandanan lengkap eye shadow, mascara, eye liner,
shading untuk meniruskan pipi, krim penyamar noda bekas jerawat, dan lain-lain
yang aku masih sangat awam.
Syalalala… lalu aku
bertanya-tanya ketika antara kalian saling klaim kecantikan senyatanya itu
seperti apa. Coba kuutarakan yang ada di pikiranku saja ya, hasil mencerna pergunjingan
kita yang sebenarnya tanpa guna.
Menurutku menjadi cantik
dengan atau tanpa make up adalah murni pilihan. Buktinya pasar peralatan dan
perlengkapan make up tidak dimonopoli kalangan tertentu. Kamu punya uang kamu
beli, kamu mau SK-II tapi uangmu hanya cukup untuk cuci muka Pond’s ya apa
daya. Berdandan itu butuh keterampilan loh, dan itu tidak mudah. Ikut sakit
kalau mendengar, “Alah, cantiknya gara-gara make up.” Memang apa salahnya
menjadi cantik karena polesan make up? Setahuku ketika mereka membeli peralatan
make up juga tidak minta urunan.
Lagi. “Inner beauty itu lebih penting.” Bukan berarti perempuan yang baik
hatinya dan cerdas pikirnya sudah tidak memerlukan berdandan kan? Sesuka mereka
jika mereka berusaha sempurna dengan kecantikan luar dalam, meskipun sampai
kapanpun kesempurnaan hanya milik Alloh J Jangankan
inner beauty dan ke-sholehah-an yang tidak nampak mata
wujudnya, cantik wajah saja tidak punya standar penilaian.
Tambahlah syukurmu Kak, yang
berwajah baby face merona, yang beralis tebal, berhidung mancung, bulu mata
lentik, bibir kissable, dagu lancip, pipi tirus, dan lain sebagainya yang
banyak orang memujimu “cantik”. Sedang kami (ya termasuk saya) pun punya
bersyukur dalam bentuk lain, mungkin. Semisal alisnya tak tumbuh dari bayi,
biar tidak seperti tuyul digambarlah alis. Pipinya bulat sampai mengurangi
percaya diri, dia belajar shading. Tak apa kan jika itu membuatnya lebih
nyaman. Jadi tak ada ceritanya nyinyir dengan meme macam begini. Hahaha.
Yang lebih sakit lagi adalah
ketika judging atas kecantikan itu
dikaitkan dengan ketertarikan laki-laki pada kita. “Geriel, kamu pakai lipstik
biar pacarmu tambah sayang ya?” Duhileeh. Atau kata-kata saktimu kak, “Laki-laki
suka perempuan yang natural.”
Semudengku yang banyak tak
mudengnya, ketika perempuan memilih berdandan pun tidak sama sekali, adalah
karena kenyamanan mereka atas hal itu. Mengapa harus menjadikan ketertarikan
laki-laki seolah-olah sebagai hadiah yang harus diperebutkan? Kembali pada most women haters are women, dan yang
sekaum ini saling membenci untuk mendapatkan hadiah perhatian laki-laki? Berdandan
karena memang ingin berdandan, dan bahagia atasnya. Tampil polosan ya monggo
karena memang nyamanmu begitu. That’s simply your right, your coice. When a
beauty is very relative, very subjective. Why don’t you just follow the one
which makes you feel comfort and shut up your mouth on beauty judging for other women!
Tabik
Adikmu yang suka mencuri ilmu ng-alismu :)
Yubs, setuju sama point terakhir. Intinya sih
BalasHapus"You live life happier not giving a fuck”.
just do what you wanna do and follow the one which makes you feel comfort :) thumbs up
Dan high respect untuk anak muda macam kamu :))
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTapi berhias atau tabaruj kan memang dilarang agama, wallahu 'alam. Yg sangat disayangkan byk wanita jadi budak kosmetik, disisi lain kosmetik bisa mempercantik, disisi lain kosmetik mengajari wanita tdk percaya diri.
BalasHapus