Maaf
sebelumya, saat menceritakan ulang cerita ini kegeraman seolah masih menempel pada benak saya. Jadi terkesan sepotong-potong dan sangat emosional.
Selamat
siang yang terik, bapak muda di jok bus keras nan sempit tepat di sebelah saya.
Siapa nama sampean pun saya tak tahu, kita hanya dua dari puluhan penumpang bus
jurusan Solo-Surabaya, saya ingin terlelap dan sampean entah apa motifnya
terus-menerus mengajak ngobrol. Saya
bisa sangat ramah dengan sesama penumpang, namun bisa juga sangat acuh. Pertanyaan
basa-basi tidak terlalu panjang, saya sedang irit bicara, kebetulan siang itu
saya sedang puasa dan dini hari sebelumnya hanya makan saur ala kadarnya, ya gerah
dan lemas.
---
Masih
belum rabun semoga mata sampean betapa merah padam muka saya, mati-matian
menahan muntahan caci maki. Betapa getir senyum saya menyatroni wajah sampean
yang sangat mesum itu.
“Sudahlah, mahasiswi jaman sekarang. Nggak
usah munafik! Bedak mahal, baju bermerek, nongkrong sama jalan-jalan itu butuh
uang,” dia hanya berani berbisik. Kenapa
tidak dilantangkan saja pak, biar kalau ternyata saya ini benar-banar ‘jualan’
sekalian dipromosikan.
“Kamu
semester berapa? Pacar saya seumuranmu, kuliah juga di Surabaya.”
Pacar
ya, ooh.. saya menangkap maksutnya, “Istri cuma satu?” sambung saya.
“Prinsipku
menikah sekali seumur hidup.” Ooh manis sekali.
Masih
dengan suara yang sangat lirih si bapak menceritakan kehidupan rumah tangganya.
Masalahnya dengan istri, anaknya yang masih delapan tahun, pacarnya yang
mahasiswi, demi apaaaaa saya kenal saja tidak, lengkap kap ceritanya. Sampai
pekara bagaimana kenal pacarnya, bagaimana gajinya untuk menyenangkan pacarnya,
bagaimana ternyata dia juga digoda teman-teman pacarnya. For God sake, itu sangat pribadi dan ini bus, please!
“Enak
ya jadi cewek cantik, kayak pacar saya itu.”
“Iyo pak, dodol ora kulakan,”
sekata-kata saja. Jualan tanpa kulakan.
Si
bapak terkekeh, “Lha kamu gimana? Alah
uwis talah, Sudahlah, jilbapan juga
ora menjamin, aku bisa mbaca kamu itu cewek kayak apa. Enggak usah malu-malu,
wong enak kok. Pacarmu mesti betah sama kamu ya gara-gara mbok kasih, kan?”
...........
Time to speak up, “Jadi gini pak, lak aku iso tuku wedak, iso
tuku klambi ana merek e, iso nokrong, iso dolan-dolan kui mergo duite wong
tuaku. Aku yo tak rewangi kerjo freelance lak week end. Oke akeh mbak-mbak sing
pek penak e dodolan barang enak sing ora kulakan, akeh mahasiswi awean, tapi ora kabeh wong wedok koyok simpenane
sampean. Sepurane sampean kemeruh nilai wong wedok, gek gowo-gowo jilbab
barang!”
Jadi begini, pak. Kalau saya mampu
membeli bedak, baju bermerk, nongkrong, hingga jalan-jalan itu karena uang
orang tua. Saya juga mau kerja part time tiap week end. Oke, banyak mbak-mbak yang
ambil gampangnya jualan sesuatu yang tanpa kulakan, banyak mahasiswi yang ‘suka
memberi’, tapi tidak semua perempuan seperti simpanan Anda. Maaf, Anda sok tahu
menilai perempuan, mana bawa-bawa jilbab lagi!
Tahu
apa yang dilakukan si bapak? Menempelkan telunjuk ke bibirnya, berbisik, “Uwis ojo banter-banter. Uwis.” Sudah jangan
keras-keras. Sudah. Sengaja. Saya keraskan suara saya, biar penumpang lain
di bis ini tahu ada laki-laki dengan pemikiran sangat tolol sedang duduk di
sebelah saya, meskipun saya ragu dia masih punya malu atau tidak.
---
Wahai
siapapun engkau lelaki atau perempuan, sejatinya sesuatu yang salah namun telah
menjadi umum menurut kalian dan kelompok kalian akan tetap salah adanya. Ketahuilah, derajat kemesuman itu bisa
disimpan rapi, jika kalian umbar adalah kesalahan ada pada kalian. Objek
seksual itu tetap kalian yang mengimajinasikan, bukan? Seseorang dengan pakaian
dan tingkah laku sopan pun tetap menjadi objek kalian, generalisasi dan
underestimate kalian memang kebodohan yang saya tidak mengerti, karna maaf
tidak ada tulisan mesum di dahi saya.
---
Mari
sama-sama mengingat bahwa jika diartikan pelecehan seksual berarti perbuatan
penghinaan atau memandang rendah seseorang karena berlatar atau dengan alasan
yang berkaitan dengan seks, jenis kelamin, atau aktivitas antara laki-laki dan
perempuan (KBBI, 1990)
Geril tulisannya bener2 menarik. It's totally cool !
BalasHapusWaah trimakasih, Binti. Happy to know you like it :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus