Namaku Diwa, dengan slengek’an harus kuakui kalau aku memang
terlahir ganteng dan penuh karisma. Berhentilah protes, please! Iya baiklah, tenang saja aku tidak akan bercerita tentang
aku, karena aku takut kau semakin tertarik dan sama sekali tidak bisa berpaling
nantinya. Ini tentang dia, kekasihku yang baru tiga bulan kupacari. Nymphaea
namanya. Baru saja aku mengantarnya pulang usai bermalam minggu. Tadi kami
hanya pergi ke kedai kopi, mengobrolkan banyak hal lucu sembari bermain gaple. Diantara
ocehan kami yang hampir tidak pernah serius ada yang sesuatu yang menurutku
menarik untuk kubagi denganmu.
“Diw, aku tanya tapi semoga
kamu enggak tersinggung ya?”
“Ho oh,” sahutku sembari
mencomot sosis bakar di piringnya.
“Anu, bulan lalu pas aku
ulang tahun itu kok tiba-tiba kamu ngasih bunga mawar kenapa ya?”
Gigiku berhenti mengunyah
empat detik. “Mampunya masih ngasih itu Nea sayang, kalau bunga deposito nanti
ya kalau abang sudah menghalalkanmu.”
Dia tergelak, “Eneng maunya investasi
properti yang Senin harga naik, bang, biar cepet kaya terus pindahan ke Mars.”
Iya kami memang sama-sama tidak waras, ngobrol juga begitu-begitu terus.
“Oke oke serius sekarang.
Kenapa aku kasih kamu bunga mawar, ekhm..khm… karena kata orang bunga mawar itu
lambang ketulusan dan keseriusan.” Kugenggam tangannya, “Because I wanna say thank you much for being my affection.” Dengan amat
khikmat kukecup genggamannya.
Kepalaku mendongak sambil
menyunggingkan senyum termanis.
“Main
stream!” katanya dengan muka nelangsa. Duududuh.
“Jadi kenapa kok tetiba
nanya gitu?” sambungku.
“Jujur itu bunga mawar
pertama yang aku pernah dapet.”
“Yes I am the first!” Aku mulai antusias, “Terus, terus?”
“Ini cuma perasaanku aja
atau embuh ya, kamu sebelum ngasih ke
aku kamu nyium baunya nggak? Kan biasanya diciumin baunya terus senyum-senyum
manja gitu. Kok nggak wangi ya menurutku. Atau memang mawar baunya seperti itu?”
Alamak kekonyolan apalagi
yang ada diotaknya. Cantik sudah tersertifikasi, tapi ya itu, sering tidak
mengerti aku dengan jalan pikirannya.
Kali ini aku serius, “Kamu
enggak suka ya aku hadiahi bunga mawar?”
Naah kan dia lupa aku pernah
khatam buku Pengantar Ilmu Psikologi Jilid satu. Lirikan matanya ke arah kiri,
dan sesekali berkedip saat menjawab pertanyaanku dengan sangat antusias, aku
tahu kamu pura-pura Sayang. “Suka, suka banget dong. Perempuan mana yang nggak
suka diberi hadiah mawar. Kamu laki-laki yang romantis, Diw. Trimakasih ya,”
ujarnya. Aih senyummu itu, aku kasmaran yang keterusan ini, biar begini terus.
---
Dreet.. dreet.. ponselku bergetar.
My Nymphaea.
Dia mengirim foto ini.
Ini bunga mawar
yang kamu kasih sebulan lalu. Mungkin kamu lupa Diwa, aku pernah bilang aku
tidak terlalu suka bunga. Tapi setelah malam itu aku jadi suka, sampai
sekarang. Aku baru ingat dulu sewaktu SD aku pernah praktik herbarium, kubikin
herbarium dari mawar-mawar itu. Ini sedang kutulis beberapa sajak tentang kamu,
nah hasil herbarium bisa kujadikan hiasan. Diwa, begini caraku membiasakan
menyukai pemberianmu, aku harus memakai caraku sendiri. Seperti itu pula caraku
menerima usahamu untuk terus saling menyayangi. Ya cinta tetap saja terlalu
utopis, tapi kasih sayang yang dikomitmenkan setidaknya bisa mensejajarinya.
Aku menyayangimu.
Dia memang Nymphaea, bunga
dengan segala keunikan dan keindahan. Pengadaptasi hebat yang bisa menyesuaikan
kekonyolanku bak mekarnya di kubangan lumpur. Bersamanya aku menemukan ketengan.
Dalam gelak tawa dan senyumnya aku seperti sedang rebah di antara daun-daun
lebar dengan lapisan lilin.
Ti amo, Nea :)
Anche io ti amo,
Diwa :)
Eh sebenernya kamu
mengharap kado apa waktu ulang tahun kemarin?
Sendal jepit. Coba
cek messanger deh, dua hari sebelum ulang tahun aku bilang sedang butuh sendal jepit.
Punyaku hilang waktu pindahan kamar kos.
Ya Tuhan, Nymphaeaku. Sendal
Jepit katanya!
---selesai---
Keterangan: Nymphaea adalah
nama latin dari bunga teratai.
Picture source:
jualhandbouquetsurabaya.wordpress.com
http://id.aliexpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Yours: