Kamis, 06 Agustus 2015

Rindu Merbabu, Sini Kugandeng




Berjumpa Merapi dari Merbabu


Kita berjalan menyusur hutan berdua. Melarikan diri dari penatnya kota.
Dan sang senja mengintip dari balik dedaunan. Tersipu malu karna kau lebih indah darinya.
Tak terasa malam menggerayangi lelah. Desiran angina menggoda kita tuk berhenti.
Apipun menari diantara binary matamu. Seolah memberanikanku untuk menyatakan.
Di bawah bintang kita merebah. Saling berpandangan dan tersipu malu.
Aku tak bisa merangkai kata, namun kau seakan membaca hatiku.
Yang ingin jadi kompasmu, ketika kau hilang arah.
Yang ingin jadi sentermu, menuntunmu dalam gelap
Yang ingin jadi tendamu, melindungimu dari badai
Lalu kunyalakan api unggun untuk hangatkan hatimu.
-Lirik lagu Sepasang Pendaki-
Dikuy 


Cerita ini ditulis teruntuk kalian  yang meninggal terlalu banyak kenangan di Merbabu hingga menjadi terlalu melankolis dan memutuskan, “Jangan Merbabu dulu deh, too much beautiful memories with her/him. Aku semakin susah move on nanti.”

Selamat pagi, kalian. Kameraku sedang busuk, menangkap sun rise saja tidak mampu. Tapi dengan sangat bahagia aku kabarkan, matahari terbit di merbabu masih tetap sangat hangat, lebih hangat dari genggaman tangan kalian yang pada akhirnya terlepas :’)




Dulu lagu apa yang kalian putar selama menyusuri jembatan setan? Sepasang Pendaki-nya Dikuy ya, ah ya kalian pasti masih saling mengingat senyum itu, yang sampai membuat matahari tersipu malu karena kau lebih indah darinya. Eaaa…


Sempat berhenti dan berbagi Cad Burry yang melt tidak waktu di tanjakan setelah pos lima? Mana blepotan lagi itu makannya, alah ditisuin juga, manjanya kalian. Aku dan tiga temanku sudah cukup bahagia dengan rebutan air mineral satu setengah liter yang dicampur susu kental manis satu sachet, rasanya sangat tidak karu-karuan. Tapi kami juga merasakan kekaguman yang kalian rasakan, melihat Sindoro, Sumbing, Prau, Ungaran, Merapi, sampai Lawu sedang berdiri gagah bak foto model hot couture di New York Fashion Week.




Ketika akhirnya sampai puncak, apa yang kalian lakukan? Foto berdua sambil memegang tulisan, "Hei nak, ini foto mama papa waktu muda" ? Duuuuuh, envy. Aku dan tiga temanku memilih menepi mencari tempat yang teduh antara Puncak Kenteng Sanga dan Puncak Triangulasi. Kantuk tidak tertahankan,  merebah dan langsung pulas terlelap. Semalam aku tak bisa tidur, kaki dan perut kram, takut hipotermia (iya ini mah tetep parnoan). Tidur sendirian di tenda bersama tiga kerir dan barang-barang itu memang tidak nyaman sama sekali, serius! Oya, kalian sempat setenda juga, pakai SB masing-masing kan? Iya kok, that was both of your prifacy. Hehe

Mas Andri, Ali, saya, Ferdy
Oh heiii dimimpi aku ketemu kalian loh, sepasang pendaki atau… sebentar sebentar, berpasang-pasang pendaki yang sering membuat saya iri. Yang langgeng semoga jodoh dan segera punya keluarga petualang ya. Yang kandas di tengah jalan, ayo mendaki bareng. Aku masih kuat nimpuk pakai trangia kalau tiba-tiba kalian baper, kalau kebablasan nangis stok tisu juga ada kok. :p

Sebagian kenangan memang teramu dengan kelebihan substansi
Galau, baper, melankolis adalah yang membuatmu tetap menjadi manusia
Tidak harus menjadi sempurna tegar, kamu bukan malaikat
Pilihlah tempat yang tepat menampung lemahmu
Selamat Berproses J

Foto milik: Andri Mandala, Ferdy, dan saya


Categories: ,

9 komentar:

  1. viewnya mantep banget mba :) , itu lewat jalur mana mba, kok jalannya terjal banget ngga kayak jalur selo.


    ngomong-ngomong, salam kenal mba Geriel hihihi :)

    BalasHapus
  2. Haii salam kenal Aspal (duh gini banget kok Aspal)
    Itu via Chuntel. Iya memang lebih terjal daripada Selo tapi waktu tempuhnya lebih cepat juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha :D wah cewek tangguh ni mba Geriel, saya aja waktu naik lewat cunthel macet di tenggah jalan gara" ampir nyasar pas naik malem".

      oiya mba, abis ngelewatin pos pertama, ngalamin kejadian mistis ngga? hihihihi :D

      Hapus
    2. Boro-boro cewek tangguh, orang ga mau gendong keril. Manja inimah cuma day pack 40l he he.
      Alhamdulillah ko enggak yah, emang kamu ngalamin? Ih syereem lah

      Hapus
  3. keren banget lah kuat naik merbabu, saya aja ijen udah ngos-ngosan. Mna pemandangannya bikin ngiler banget lagi hahah :D

    BalasHapus
  4. Hallo Nindya, sebenernya engga keren-keren juga sih hehe. Aslinya fisikku lemah, tapi kadung jatuh cinta sama gunung sih he he. Biar ngos-ngosannya nggak banget-banget 1-2 minggu sebelum mendaki jogging tiap pagi. Sit up, push up, sama jalan jongkok biar kakinya kuat he he. Kadang iri juga sih sama mbak pendaki yang sukur berangkat gitu. Tapi gapapa deh, toh sama-sama liat pemandangannya :D

    BalasHapus
  5. Ini pergi ke Gn Merbabu nya pas bulan apa ya masbro?

    Di sekitar tempat tenda ada mata air engga masbro?

    Cuaca nya cerah dan indah banget pemandangan nya, masuk next trip hiking berikut nya dehhh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kak, dududuh aku berjilbab tetep dipanggil masbro ya hahaha :v
      Ini beberapa hari sebelum puasa kak. Sayangnya saat aku bales komen kakak ini Merbabu kebakaran parah. :'( Jadi mungkin kalau kakak kesana bulan ini sampai beberapa bulan ke depan (bisa jadi lamaaa) pemandangannya tidak akan secantik foto-foto kami.
      Oiya kalau lewat Chuntel nggak ada sumber air kak disekitar tempat nge camp. Kemarin aku bawa 2 botol 1,5 liter cukup kok kak.:D

      Hapus
    2. hahaha.. maaf banget mba geriel, sorry engga liat profile nya (T_T)

      Oke nice info, brarti saya kesana nanti pas musim penghujan aj dan thanks juga info mata air nya ;)

      Hapus

Yours: