Berjumpa Merapi dari Merbabu |
Kita
berjalan menyusur hutan berdua. Melarikan diri dari penatnya kota.
Dan
sang senja mengintip dari balik dedaunan. Tersipu malu karna kau lebih indah
darinya.
Tak
terasa malam menggerayangi lelah. Desiran angina menggoda kita tuk berhenti.
Apipun
menari diantara binary matamu. Seolah memberanikanku untuk menyatakan.
Di
bawah bintang kita merebah. Saling berpandangan dan tersipu malu.
Aku
tak bisa merangkai kata, namun kau seakan membaca hatiku.
Yang
ingin jadi kompasmu, ketika kau hilang arah.
Yang
ingin jadi sentermu, menuntunmu dalam gelap
Yang
ingin jadi tendamu, melindungimu dari badai
Lalu
kunyalakan api unggun untuk hangatkan hatimu.
-Lirik
lagu Sepasang Pendaki-
Dikuy
Cerita ini ditulis teruntuk kalian
yang meninggal terlalu banyak kenangan
di Merbabu hingga menjadi terlalu melankolis dan memutuskan, “Jangan Merbabu dulu deh, too much beautiful
memories with her/him. Aku semakin susah move on nanti.”
Selamat pagi, kalian. Kameraku
sedang busuk, menangkap sun rise saja
tidak mampu. Tapi dengan sangat bahagia aku kabarkan, matahari terbit di
merbabu masih tetap sangat hangat, lebih hangat dari genggaman tangan kalian
yang pada akhirnya terlepas :’)
Dulu lagu apa yang kalian
putar selama menyusuri jembatan setan? Sepasang Pendaki-nya Dikuy ya, ah ya kalian
pasti masih saling mengingat senyum itu, yang sampai membuat matahari tersipu malu karena kau lebih indah darinya.
Eaaa…
Sempat berhenti dan berbagi Cad Burry yang melt tidak waktu di
tanjakan setelah pos lima? Mana blepotan lagi itu makannya, alah ditisuin juga,
manjanya kalian. Aku dan tiga temanku sudah cukup bahagia dengan rebutan air
mineral satu setengah liter yang dicampur susu kental manis satu sachet,
rasanya sangat tidak karu-karuan. Tapi kami juga merasakan kekaguman yang
kalian rasakan, melihat Sindoro, Sumbing, Prau, Ungaran, Merapi, sampai Lawu
sedang berdiri gagah bak foto model hot
couture di New York Fashion Week.
Ketika akhirnya sampai
puncak, apa yang kalian lakukan? Foto berdua sambil memegang tulisan, "Hei nak, ini foto mama papa waktu muda" ? Duuuuuh, envy. Aku dan tiga
temanku memilih menepi mencari tempat yang teduh antara Puncak Kenteng Sanga
dan Puncak Triangulasi. Kantuk tidak tertahankan, merebah dan langsung pulas
terlelap. Semalam aku tak bisa tidur, kaki dan perut kram, takut hipotermia
(iya ini mah tetep parnoan). Tidur sendirian di tenda bersama tiga kerir dan
barang-barang itu memang tidak nyaman sama sekali, serius! Oya, kalian sempat
setenda juga, pakai SB masing-masing kan? Iya kok, that was both of your
prifacy. Hehe
Mas Andri, Ali, saya, Ferdy |
Oh heiii dimimpi aku ketemu
kalian loh, sepasang pendaki atau… sebentar sebentar, berpasang-pasang pendaki
yang sering membuat saya iri. Yang langgeng semoga jodoh dan segera punya
keluarga petualang ya. Yang kandas di tengah jalan, ayo mendaki bareng. Aku masih kuat nimpuk pakai trangia kalau tiba-tiba kalian baper, kalau kebablasan
nangis stok tisu juga ada kok. :p
Sebagian
kenangan memang teramu dengan kelebihan substansi
Galau,
baper, melankolis adalah yang membuatmu tetap menjadi manusia
Tidak
harus menjadi sempurna tegar, kamu bukan malaikat
Pilihlah
tempat yang tepat menampung lemahmu
Selamat
Berproses J
Foto milik: Andri Mandala,
Ferdy, dan saya
viewnya mantep banget mba :) , itu lewat jalur mana mba, kok jalannya terjal banget ngga kayak jalur selo.
BalasHapusngomong-ngomong, salam kenal mba Geriel hihihi :)
Haii salam kenal Aspal (duh gini banget kok Aspal)
BalasHapusItu via Chuntel. Iya memang lebih terjal daripada Selo tapi waktu tempuhnya lebih cepat juga :)
Hahaha :D wah cewek tangguh ni mba Geriel, saya aja waktu naik lewat cunthel macet di tenggah jalan gara" ampir nyasar pas naik malem".
Hapusoiya mba, abis ngelewatin pos pertama, ngalamin kejadian mistis ngga? hihihihi :D
Boro-boro cewek tangguh, orang ga mau gendong keril. Manja inimah cuma day pack 40l he he.
HapusAlhamdulillah ko enggak yah, emang kamu ngalamin? Ih syereem lah
keren banget lah kuat naik merbabu, saya aja ijen udah ngos-ngosan. Mna pemandangannya bikin ngiler banget lagi hahah :D
BalasHapusHallo Nindya, sebenernya engga keren-keren juga sih hehe. Aslinya fisikku lemah, tapi kadung jatuh cinta sama gunung sih he he. Biar ngos-ngosannya nggak banget-banget 1-2 minggu sebelum mendaki jogging tiap pagi. Sit up, push up, sama jalan jongkok biar kakinya kuat he he. Kadang iri juga sih sama mbak pendaki yang sukur berangkat gitu. Tapi gapapa deh, toh sama-sama liat pemandangannya :D
BalasHapusIni pergi ke Gn Merbabu nya pas bulan apa ya masbro?
BalasHapusDi sekitar tempat tenda ada mata air engga masbro?
Cuaca nya cerah dan indah banget pemandangan nya, masuk next trip hiking berikut nya dehhh :)
Hai kak, dududuh aku berjilbab tetep dipanggil masbro ya hahaha :v
HapusIni beberapa hari sebelum puasa kak. Sayangnya saat aku bales komen kakak ini Merbabu kebakaran parah. :'( Jadi mungkin kalau kakak kesana bulan ini sampai beberapa bulan ke depan (bisa jadi lamaaa) pemandangannya tidak akan secantik foto-foto kami.
Oiya kalau lewat Chuntel nggak ada sumber air kak disekitar tempat nge camp. Kemarin aku bawa 2 botol 1,5 liter cukup kok kak.:D
hahaha.. maaf banget mba geriel, sorry engga liat profile nya (T_T)
HapusOke nice info, brarti saya kesana nanti pas musim penghujan aj dan thanks juga info mata air nya ;)