Rabu, 03 Desember 2014

Museum Ranggawarsita, Jalan-jalan Elegan Penuh Gizi


  


Pergi ke museum , jalan-jalan menu paket hemat namun sarat gizi. Thanks God saya bukan golongan yang menganggap  berkunjung ke museum itu kuno dan nggak keren.  Dengan tiket masuk yang murah meriah dan segala informasi serta ilmu yang di dapat, bagi saya membaca deretan huruf keterangan yang kadang pelapisnya sudah mengelupas di sana-sini adalah sesuatu yang menyenangkan. Asli ini bukan pereeez. Swear! Jiwa petekilan keren saya lebih bisa bersahabat dengan bau apak museum daripada bau buku sejarah. Itu mah elu. Intinya, punya niat baik belajar sejarah tapi malas membaca buku sejarah sedikit bisa ditanggulangi kan?
Kali ini museum Ranggawarsita, salah satu museum yang recommended bila melipir ke Jawa Tengah. Letaknya ada di Jalan Abdul Rahman Saleh No.1 Kali Banteng Kulon, Semarang, Jawa Tengah. Biaya yang dikenakan untuk selembar tiket hanya Rp 4000,00, murahbanget, sahabat yang baik untuk mahasiswa yang sedang terjerat pukat hari tua. Hahaha.
Indonesian Jumanji... Jelangkung

Lampu Badai Bambu

Em, kalau lagi baca postingan blog teman tentang museum dan isinya copas catalog, panjaaaaang, detail, dan hampir sama satu dan yang lain, Ya Tuhan, gadget saya ketiduran.  Baiklah konten tulisan saya memang semau saya. terkesan messy dan tidak rinci, depend on me lhah ;p

Saya bisa lo mainin angklung lagu Ibu Kita Kartini :'(

Intinya, museum ini terdiri dari empat bangunan utama. Gedung A, B, C, dan D. berikut adalah foto-foto koleksi di tiap gedung.
Gedung A lantai 1 bertemakan Geologi dan Geografi, sedang untuk lantai dua berisi koleksi  tentang Paleontologi serta dilengkapi beberapa tabung hewan yang telah diawetkan.
Gedung B lantai 1 berisi peninggalan budaya Hindu, Budha, dan Islam. Lantai dua menyimpan beragam keramik dan batik lengkap dengan sejarah dan gambaran proses pembuatannya.
Gedung C lantai satu dipenuhi koleksi yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan. Sedangkan lantai dua  berisi koleksi yang berkaitan dengan perkembangan sejarah beberapa peralatan teknologi dan perkembangan industri.
Gedung D, pada lantai satu tertata memamerkan koleksi yang berkaitan dengan pembangunan, tradisi nusantara, dan benda-benda hibah seperti deretan keris yang telah diikhlaskan masyarakat untuk disimpan di sana. lalu lantai dua berisi tentang seni tradisional jawa. Bagian ini yang paling menarik perhatian saya. meskipun saya tidak terlalu paham soal pertunjukan wayang. Namun senang saja rasanya melihat deretan wayang berbagai versi hingga pelengkap pertunjukan seperti seperangkat gamelan atau peralatan kuda lumping.

Hewan-hewan dalam pajangan, tetep ngeriiii

Miniatur candi

Wayang Potehi

Wayang Suket
Seperangkat gamelan, dan dalang jadi-jadian #lhoh
Tunggu dulu, museum ini, kenapa suasananya sesepi ini? Mungkin efek saya datang di week day kali ya. Pengunjung bisa dihitung dengan jari. Bahkan jarang sekali bertemu pengunjung lain saat mengitari museum. Radar PARNOAN saya bekerja, kurang ajarnya sesiang bolong ini ketakutan berada di tempat penuh koleksi benda tua menstimulus imajinasi-imajinasi kurang kerjaan. Huust! Tidak, museum ini nyaman kok, imajinasi gebleg saya tidak terbukti sampai selesai memutari museum. :)
Oh.. a smart boy, Is he?
Total koleksi yang ada di museum ini adalah 59784 unit. Dengan koleksi sebanyak itu sayang banget kan kalau sepi pengunjung. Usaha Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menarik animo pengunjung juga tidak kurang-kurang. Fasilitas yang memadahi dan fasilitas tambahan juga tersedia. Ada ruang pameran di sisi kanan museum yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Pihak museum berusaha merangkul masyarakat dan menumbuhkan kecintaan mereka. Banyak hal, mulai pemilihan duta museum hingga bekerja sama langsung dengan sekolah-sekolah untuk mengajak siswa sekedar darma wisata hingga observasi.

Oiya, satu lagi sebelum saya pungkasi. Nama museum, ya Ranggawarsita. Laki-laki pujangga ini diyakini sebagai yang terakhir dimiliki Jawa. Karya-karya adiluhungnya seperti Serat Katalidha, Serat Sabdajati, Serat Sabdatama, Serat Jaka Lodhang, dan Serat Wedharaga sarat akan petuah kehidupan yang bahkan katanya masih relevan dengan kehidupan sekarang. Gua belum baca sih, helah :(

Prasasti peresmian

Sejarah, siapa yang bisa menjamin kebenarannya? Tidak satupun, bayangkan kalau benda-benda ini bisa bicara? Atau mau pakai mesin waktu? Sudahlah, saya lebih suka memandang dari sisi informasi penuh manfaat daripada ikut berdebat. Setidaknya memuaskan hobi keluar kos dan senang-senang dengan cara elegan. Eeeeaa, elegan??? Menurut saya sih mueheheheee. Banyak cara orang belajar, kalau dulu materi pelajaran sejarah sering membuat saya tertidur, setidaknya ada usaha alternative untuk tetap belajar :)

Mari menemukan caramu, mari mencoba, siapa tahu kita sama.

I Love you :*








 Rincian biaya:
Transport                     gratis, nebeng :p
Tiket masuk                gratis juga, pas ada event :p
Kesimpulan, saya bukan perempuan gratisan (opo si?! Er -_-)
Akses angkutan umum:
Dari pusat Kota Sematang, Tugu Muda jaraknya sekitar 3km
Bisa menggunakan bis kota jurusan Mangkang atau Bus Trans Semarang.

All photos were taken by Muhammad Sholekan and me



Categories: ,

4 komentar:

  1. museum adalah sejarah saksi bisu, kita yang masih hidup menjadi yang menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.
    #tourguide

    BalasHapus
  2. Lha di Semarang ada museum? Bisa jadi salah satu alasan buat balik ke Semarang lagi ini, hehehe.

    BalasHapus

Yours: