Kepada
rindu yang selalu memburu. Keji, dia terlalu sombong untuk mau tahu bagaimana
rasaku. Aih, saya rindu senja, sebegitu rindunya duduk terdiam di tepian pantai
menatap jingga. Iseng, sore usai sholat Ashar saya dan lima teman budiman,
menawan, sedikit dermawan, berangkat ke
Jepara. “Ngejar senja Bandengan yuh,” ajakan iseng saya ternyata ditanggapi
beneran. Sisca Arieyfa, Enggar Rachmani, Slamet Prasojo, Mafridho Bagus, dan Soni Ramadhan. Biasalah pakai sepeda motor, maunya sudah sengebut mungkin, prediksi
sampai di Bandengan pas senja, elaaah… perbaikan jalan yang merajalela itu
meruntuhkan asaku, seperti kamu yang pergi melaju. Apaapaan! Jadi intinya macet
sepanjang Demak-Jepara itu menggagalkan semuanya. Iya, kami baru sampai Jepara
magrib. Ketemu Senja? Ketemu dong, waktu macet di daerah Mijen, senja di atas
hamparan rumah penduduk. Toh tetap senja kan, jika maunya senja yang jingga
pakai saja imajinasi bayangkan saja ada oranye yang malu-malu, sebenarnya
semudah itu loh, sudah jangan berdrama. J
Usai sholat Magrib, tekat masih bulat untuk tetap ke
pantai, *dengan catatan* tanpa senja. Namun apa daya perut teriakannya sungguh
tak terelakkan. Laper, itu aja sih. Si Sisca yang native Jepara menjadi pribumi yang baik dengan membawa kami ke daerah
Shopping Center Jepara (SCJ). Mau milih apa, asal ada duit, semua tersedia. Salah
satu keuntungan jalan bareng setengah lusin orang adalah, bisa mencicipi lebih
banyak makanan. Asal pesen beda-beda aja, hemat dan memuaskan, hehe..
Pindang Serani
Adon-adon Cara
Tahu tidak kenapa saya tertarik membeli? Namanya unik,
apalagi kalau yang membunyikan orang Jepara. “Ini dek, adon-adon coro.” Coro,
man? Yang menjijikan itu, awalnya saat telinga saya mendengar coro dan wedang
yang saya bayangkan ada toping kemampul berupa
jeli atau apa yang mirip coro. Semisal beneran bercoro gitu ga doyan juga sih.
Adon-adon
Cara adalah minuman hangat perpaduan antara santan kental, syrup gula jawa dan
jahe, serta potongan kelapa muda. Aroma campuran pandan dan kayu masnisnya
sangat kental. Berbeda dengan ronde atau sekoteng rasanya terkesan lebih berat
di tenggorokan, mungkin pengaruh santan kali ya. Semangkuk Adon-adon Cara
harganya Rp 3000,-.
Bakso Uleg
Di
Semarang bakso juga banyak kalik. Yah, si Soni emang demennya bakso. Di pojokan
area pujasera ini ada Bakso Uleg. Kenapa namanya uleg, ga tau kirain baksonya
diuleg pakai ulekan batu, tapi nggak juga. Duh, emang orang sini kalik kalo
namain sukanya yang nyleneh-nyleneh gitu, they
have understood well about the power of branding. Kata Sisca bakso uleg ini
lumayan terkenal. Yang bikin bakso ini sedikit beda adalah penambahan kecambah
sebagai pelengkap. Kalau masalah rasa, lumayan, tidak bombastis, hanya ya
standar enak lidah saya.
Es Dawet Gempol
Banyak daerah yang ngeklaim sebagai tempat asal dawet
gempol. Di Jawa Timur, Blitar mengaku kalau dawet gempol adalah minuman khas.
Di Jawa Tengah Jepara juga merasa, Purwodadi juga. Nah, memang Indonesia sukanya
begitu kan? Tak apelah, toh masih Indonesia ini. Mungkin dawet gempol sudah
umum, banyak juga ditemui di kota-kota lain, termasuk Semarang. Intinya sih
saya cuma haus dan kepingin aja minum dawet. Rp 3000,- dawet gempol yang manis
seperti saya (Jitak sendok!), gurih, warna gempolnya juga cantik, masih seperti
saya (gampar mangkok!)… jadi kesimpulannya saya manis dan cantik seperti dawet
gempol????? Mama, kebodohan macam apa yang bersarang pada anakmu ini. Udah deh!
Kebanyakan analogi lu, mending kalo bener, ngawur! Onyon lagi! Hehehe….
Dari deretan makanan di atas yang
paling recommended adalah Pindang Serani. Saya masih dengan prinsip keren itu
sih, suka makan tapi nggak mau gendut. Sebaiknya kita segera berolahraga, membakar
kalori sambil hepi-hepi, misal lari-lari. “Kan padhang mbulan, man! Berasa kek Breaking Dawn nggak sih kalo ke
pantai pas purnama.” Baiklah, kami lanjutkan perjalanan tanpa arah ini ke
Bandengan. Alamak! Jalan ke Bandengan, niatnya sih cari jalan pintas lewat
kampung-kampung biar nggak muter, ebujuuu sumpah ya SEPI banget! Ketakutan saya
adalah,kalau sampai ban bocor di tengah jalan, atau tetiba di pepet laki-laki
bersarung, aduh Geriel, lu pikir pilem Susana ama Bang Bokir. Pheew
Si Mafrido sedang ada hati sama
salah satu diantara kami, BUKAN GUEH. Usahanya menciptakan unforgatable night with some candle light harus diapresiasi lah ya.
Laki-laki waras ini mampir ke alfamart membeli lilin-lilin cantik, jajan-jajan
dan minum-minuman, saya suka yang kedua dan ketiga :p Mangga aja mau berapa-apa
di sana asal inget bukan muhrim euy! Asal inget lagi, kasi saya jajan yang
banyak biar ga rewel hahaha… Jatohnya malam itu, duh seromantis ini! Kami
menggelar jas hujan, di pinggir pantai, nyalain lilin, di langit bulan lagi
purnama. Yang lain main aer, saya? Makan keripik kentang! Sialan! Bukannya itu
purnama kita, Sayangku. Bukannya aku
masih teradiksi caramu mengeratkan rindu? Bukannya kita pernah menantikan
purnama bersama di tempat berbeda…… Ak! Lagi ga minat muisi, lagi haus
inspirasi. Pantai bikin makin…. Makin bahagia J
Slamet and candle light, captured by me |
Siscaaaa yang baik hati :p |
Soni, saya, Enggar, Sisca, Slamet, Mafrido tukang poto.... |
Diantara angin dan mendekatnya
ombak, diantara becandaan dan bunyi gigi beradu keripik kentang. Kebiasaan
doang sih di tempat manapun saya sering tetiba iseng merem, mau ngobrol ama
mahkluk astal? Enggaaak! Cuma ada saat di mana beberapa detik itu, hanya
sebentar, ada yang harus disisakan untuk bercakap-cakap dengan Tuhan. Mungkin
kuliah, tugas,dan kemampuan menyibuki hari sering terlalu menyiksa. Dunia
terkadang rumit terkadang sederhana, semua begantung kitanya. Tapi dengan diam
di tempat-tempat yang jauh dari hiruk-pikuk memberi kekayaan lain, kekayaan
batin. Gayaluuu Ghe! Sabodo lah mau dibilang alay juga mangga, hanya sekecil
itu cara saya untuk terus dibuat terpesona oleh diam dan mendengarkan,
mendengarkan hal sepele. Hal sepele bernama kegalauan? Ah terlalu abege, haha…
Mendengarkan betapa Tuhan menyayangi saya. J
Art
of doing nothing. Cuma duduk diem dengerin ombak? Duduk saja di kos-kosan,
dari smartphonemu download suara ombak, merem, bayangin lagi di pantai. Sori
itu bukan gueh! Kamu bisa mencibir betapa kurang kerjaannya orang-orang ini?!
Sepertinya sekali-kali kamu harus mencoba bagaimana rasanya menjadi orang
kurang kerjaan. Bukan pengangguran tapi menyisipkan waktu kurang kerjaan di
tengah kesibukan itu bahaya loh men! Bikin ketagihan sih! Hehehe…
Baiklah… Terimakasih Jepara, mari
menjadi memesona bersama. Muuuuah :*
0 komentar:
Posting Komentar
Yours: