Jajan Edisi Salatiga, dalam Pencarian Tulang Rusuk

Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Suatu hari dua mahkluk bernama jodoh itu akan saling bertemu, menautkan diri, menyatukan sejatinya rusuk dalam kasih sayang. Ini bukan tulisan di bagian belakang undangan kawinan kan? Semakin hari semakin ngaco ya! Maunya sih ketemu tulang rusuk (pemilik) di emol, kita berjibaku pandang lalu tubrukan, jatoh ditolongin masnya, kenalan, jalan bareng…… Ak! Akhiri script Cinta Pitrinya Geriel, ada suara gaib. Taaraaa ada jin alay bernama Cesar Rizal membawa semangkuk rusuk. Lhah, “Bakso rusuk, daripada manyun setaun nungguin pemilik tulang rusuk.” Haha… Baiklah, meskipun hati tidak kekurangan kasih sayang, tapi perut saya sedang sangat rindu belaian. Tsaaah Bakso Rusuk Salatiga.

Mak! Sedari awal bau kuah kaldunya menggoda keimanan perdietan. Kuahnya cenderung bening segar. Pelengkap standart bakso seperti mi, hijau-hijau sawi dkk, serta bawang goreng berpadu dengan bakso sapi, ga tahan. Apalagi ini, yang spesial, duh, tulang-tulang rusuk dengan daging setengah tetelan yang masih menempel. Sikaaat nggak pake jaim, serius! Jadi ketika di dalam kunyahan bercampur antara daging tetelan, potongan bakso sapi dan kuah, alamak berasa tangisan kehilangan mantan itu lenyap, dunia hanya milikmu dan semangkuk bakso. (Apacobak!)  Ya intinya gitu deh, enak sih gimana, cobain aja lah gampang.

Seporsi bakso rusuk berbandrol Rp 13.000,- Dan menurut saya ini sangat worth it. Selain bakso rusuk ada juga bakso balungan, mie ayam rusuk, mie ayam original, ya pokoknya sekawanan mie bakso gitu deh. Tempatnya ada di daerah Tingkir, agak ke pinggiran kota Salatiga, tapi masih gampang di cari kok, mana lumayan terkenal juga. Huuh, Cesar memang penemu rusuk yang handal. Lupakan sejenak lah rusuk-rusuk yang lain, nikmati aja dulu yang di depan mata ga usah banyak protes. Nice :)

Lekker Pak Syafroni-Pancasila

Sebenarnya misi ke Salatiga adalah menjadi kurir surat acara kampus. Namun dikarenakan si Cesar pingin nostalgia dengan kota jaman dia SMA, yabaiklah, perempuan cantik nan baik hati ini hadir menemani. Cesar membelokkan perjalanan kami ke daerah Pancasila. Mirip alun-alun, apa ya emang alun-alun kali ya. Jadi di sini banyak sekali pedagang kaki lima, jualannya pun sangat beragam. Nah, jangan meragukan insting menjajan saya. Baru juga sampai hidung keren saya mencium manis gurih lekker. Etah, jurus rengekan keluarkan, hoho…. Laki-laki ababil ini takut kena toyor dan ancaman-ancaman tidak waras, .. dua ribu limaratus perak ini, debilikanlah saya. Minta lekker yang rasa campur-campur. Dibalik adonan garing itu ada potongan pisang, gula, ketan jitam, sama susu kental manis.

Kalau sebuah lekker normalnya dibuat tidak lebih dari lima sampai tujuh menit, omigot punya kami setengah jam, man! Tuhan, si Bapak ada aja caranya memperpanjang waktu, yang wajannya dibersihin berkali-kali lah, yang adonannya kurang tebel, yang ini-yang itu. Namanya Pak Syafroni, jadi pedagang kaki lima sejak tahun tujuh puluhan, dan jualan lekker sudah empat belas tahun. Cool! Nggak tahu apa motifnya tetiba si Bapak bercerita panjang lebar tentang banyak hal. Mulai agama, Rhoma Irama, sampai perkawinan. Subhanalloh, kami dituturi tentang menbina keluarga sakinah, mawadah, warahmah, suami kudu gimana dan istri musti ngapain. Satu hal yang sama membumbung di otak kami, “Emang kita kek pasangan muda mau kawin?” Oh Alloh, plis! Plis let me get a man like I and my mom always tell you in our prays. And plis… jangan Cesaaaar. Nangis bedarah-darah.

Kamu percaya the power of listening to old man? Yes we do. Iya man! Sedari tadi kenapa kita lamaa adalah karena Pak Syafroni bercerita disisipi ceramah. Terkadang orang tua memang butuh pendengar. Kuping lu suka gatel dicramahin yang gitu-gitu mulu, gueh sih biasa aja, wong dapet gratisan hahah dasyaaar! Kita digratisin selapis lekker, lumayan. Modal senyum-senyum lugu dan “Owalah… nggih, Pak. Nggih.” Padahal yang antre juga banyak. Jangan dibantah, diomelin ntar. Hehe… Biarin aja lah, nggak buru-buru ini, kalo nasihatnya masuk buat kehidupan kita ya tinggal di pakek, kalo nggak ya dengerin aja lak wes.

Perkenalkan inilah Bapak Syafroni :)

Es Duren

“Suka duren?”

“Doyan.”

“Es Duren?”

“Doyan bangeeet.”

Walla, semangkuk es duren di tengah gerah dan lelah, kurang baik hati apa Tuhan itu Ghe. Kalau pas di Cerebon dulu makan es krim duren, ternyata yang dibilang Cesar es duren di sini adalah semacam es campur yang ditambahi empat biji duren. Isinya adalah selasih, potongan roti tawar, potongan nangka, dan es batu. Berkuah santan dicampur susu kental manis vanila dan syrup stroberi. Lesehan tiker sambil lihat mbak-mbak yang poto pakek semrat pon (pasti three sixty, bukaaan urusan lu Ghe!) Ah rasanya seperti… biasa aja sih wong tiap mau memunculkan imajinasi ini kepala ditoyor si Cesar.hehe Percampuran duren dengan kesegaran es ini harus dibayar Rp 15.000,-semangkuknya, mayan kalau lagi the power of gembel time gini, iyelah! Harga membawa rupa, catet!

Karena keterbatasan waktu dan dana kami memutuskan pulang setelah makan es duren. O iya hampir lupa, beli ini juga di depan SMA 1 Salatiga. Es puter rasa original, melon, nanas, stroberi, dan cokelat. Melihat penjualan dan gerobaknya, ada penyatuan jiwa di sana (Apalagi, Ghe!) Bapaknya sama si gerobak udah kek soulmate gitu men. Sama-sama sepuh, hehe sepertinya sih si bapak sudah lama mendorong gerobak es puter ini. Dan ini es sepertinya pabrikan yang skalanya masih home made (gimana sih home made apa prabikan?). Jadi di kertas pembungkusnya ada cap es apa gitu, ga kefoto sih. Skalanya kan ga segede Pedelpop, iyelah... intinya gitu deh, semoga mudeng. Apalah arti bungkus, jika rasa telah melenakan lidahmu :) Terkadang jajan asal di jalanan memberlakukan quote tersebut...

Ambil cucian di rumah Desi, Cukup sekian dan terimakasii

(kalimat jahiliahnya Cesar)

Dadah.. Muaah :*