Aku heran, Mas. Pandai benar otakku menyimpan sepotongmu.
Minggu lalu kita bertemu, dan aku, apa namanya ini Mas, tetiba aku deg-degan,
salah tingkah, bahagia dan terngiang-ngiang semalaman. Jangan diminta, bibirku
ini bakal menyerocos sepagi buta kalau ditanggap.
Mas, aku masih ingat kaus oblong yang kau kenakan, putih pudar, Joger merknya.
Lalu celana selutut agak belel juga. Rambutmu sedikit berantakan dan sepertinya
sudah kelewat waktu potong. Kamu melirikku tidak ya saat aku berdiri sedikit
lebih lama di sampingmu. Ah kamu pasti tahu itu, atau jangan-jangan kamu juga
mendengar doaku, “Tuhan, bunuh waktunya. Tuhan, hentikan lima detik saja.
Tuhan, aku jatuh cinta. Tuhan gimana ini?”
“Apa lagi, Mbak?” Ah sial, jangan
dulu dipotong doaku!
“Good day white frape, Mas.”
“Berapa, Mbak?”
“Tiga.” Ah sial, aku meracau,
hausku cukup diguyur seplastik Good Day
saja, kenapa tiga. Ah, biar! Umur berhala bernama waktu akan memanjang tujuh
menit. Mauku memanjang tujuh jam, Mas. Biar kupuaskan dahaga menyecapi
senyummu. Tolong Mas, jangan samar-samar gitu dong senyumnya, aku paling mati
gaya jika dibikin penasaran begini rupa.
“Ini, Mbak. Sepuluh ribu sama
gorengannya.”
Harusnya aku meracau lagi memesan
es teh panas. Haa, es teh panas? Iya biar tidak pernah ada, biar tukang
angkringan membuatkanku bergelas-gelas tapi tidak pernah benar. Biar aku lebih
lama di sini, Mas. Biarkan!
Nah aku suka ini, ada kesempatan
menggeser bahu, aku bisa memandangmu. Bisa kulukiskan dengan sempurna caramu
memegang gelas coffemix dingin,
menyentuh sedotan dengan bibirmu yang sedikit hitam, lalu membuat dua kali
tugukan. Haruskah aku pergi, Mas? Boleh ya sebentar lagi saja. Kulanjutkan, caramu
memegang rokok dan menghisapnya, dalam, sedikit mengangkat dagu ke atas, duh
seksinya. Obrolan dengan sebelahmu tentang agama dan sejarah. Makin terkaparlah
aku dirundung semu. Kau ini Mas, pendiam dan pemikir sepertinya. Alah,
lagi-lagi senyum samar itu, kata-kata ngotot temanmu hanya kau tanggapi begitu
melulu. Duh, Mas. Kamu misterius.
^
Hey, Mas. Sudah seminggu. Kamu
apa kabar? Datang ke angkringan lagi ya. Nanti ini akan kutuntanskan. Aku harus
tahu namamu. Iya Mas, dipikir enak cuma
melirik diantara bungkusan nasi kucing, lama-lama mataku bisa juling. Mas butuh
bukti ya, harus teriak ya? Oke baiklah, Mas, akuuuu jatuuh cintaaa, padaaa
pandangan pertamaaa. Sama kamu.
Besok kalao ketemu si mas itu di angkringan, buat keributan ya supaya si masnya noleh, hahaha.
BalasHapusSayangnya fiksi ya mas..
BalasHapusAndai nyata masnya langsung tak todong suruh nraktir, haha :p