Rabu, 09 April 2014

Aku Jatuh Cinta, pada Pandangan Pertama


Aku heran, Mas.  Pandai benar otakku menyimpan sepotongmu. Minggu lalu kita bertemu, dan aku, apa namanya ini Mas, tetiba aku deg-degan, salah tingkah, bahagia dan terngiang-ngiang semalaman. Jangan diminta, bibirku ini bakal menyerocos sepagi buta kalau ditanggap. Mas, aku masih ingat kaus oblong yang kau kenakan, putih pudar, Joger merknya. Lalu celana selutut agak belel juga. Rambutmu sedikit berantakan dan sepertinya sudah kelewat waktu potong. Kamu melirikku tidak ya saat aku berdiri sedikit lebih lama di sampingmu. Ah kamu pasti tahu itu, atau jangan-jangan kamu juga mendengar doaku, “Tuhan, bunuh waktunya. Tuhan, hentikan lima detik saja. Tuhan, aku jatuh cinta. Tuhan gimana ini?”
“Apa lagi, Mbak?” Ah sial, jangan dulu dipotong doaku!
Good day white frape, Mas.”
“Berapa, Mbak?”
“Tiga.” Ah sial, aku meracau, hausku cukup diguyur seplastik Good Day saja, kenapa tiga. Ah, biar! Umur berhala bernama waktu akan memanjang tujuh menit. Mauku memanjang tujuh jam, Mas. Biar kupuaskan dahaga menyecapi senyummu. Tolong Mas, jangan samar-samar gitu dong senyumnya, aku paling mati gaya jika dibikin penasaran begini rupa.
“Ini, Mbak. Sepuluh ribu sama gorengannya.”
Harusnya aku meracau lagi memesan es teh panas. Haa, es teh panas? Iya biar tidak pernah ada, biar tukang angkringan membuatkanku bergelas-gelas tapi tidak pernah benar. Biar aku lebih lama di sini, Mas. Biarkan!
Nah aku suka ini, ada kesempatan menggeser bahu, aku bisa memandangmu. Bisa kulukiskan dengan sempurna caramu memegang gelas coffemix dingin, menyentuh sedotan dengan bibirmu yang sedikit hitam, lalu membuat dua kali tugukan. Haruskah aku pergi, Mas? Boleh ya sebentar lagi saja. Kulanjutkan, caramu memegang rokok dan menghisapnya, dalam, sedikit mengangkat dagu ke atas, duh seksinya. Obrolan dengan sebelahmu tentang agama dan sejarah. Makin terkaparlah aku dirundung semu. Kau ini Mas, pendiam dan pemikir sepertinya. Alah, lagi-lagi senyum samar itu, kata-kata ngotot temanmu hanya kau tanggapi begitu melulu. Duh, Mas. Kamu misterius.

^

Hey, Mas. Sudah seminggu. Kamu apa kabar? Datang ke angkringan lagi ya. Nanti ini akan kutuntanskan. Aku harus tahu namamu.  Iya Mas, dipikir enak cuma melirik diantara bungkusan nasi kucing, lama-lama mataku bisa juling. Mas butuh bukti ya, harus teriak ya? Oke baiklah, Mas, akuuuu jatuuh cintaaa, padaaa pandangan pertamaaa. Sama kamu.
Categories:

2 komentar:

  1. Besok kalao ketemu si mas itu di angkringan, buat keributan ya supaya si masnya noleh, hahaha.

    BalasHapus
  2. Sayangnya fiksi ya mas..
    Andai nyata masnya langsung tak todong suruh nraktir, haha :p

    BalasHapus

Yours: