Sabtu, 14 Juni 2014

Jogja Tanpa Kamera, Jogja Rp 0,-



Tinggalkan sebagian hatimu di Jogja, pasti suatu saat kau akan kembali. 
Jogja tidak perlu menjadi istimewa, saat semua berteriak bahwa mereka istimewa, lalu di mana esensinya? Biarlah Jogja begitu saja adanya, 
Jogja"aja" tak perlu embel-embel lain.
Jogja dengan dirinya sendiri, aku hanya tahu ingin selalu terjebak di sini. 
Menjebakkan diri untuk tak terhitung kali.
 :)




Aku berlari ke barat,
Mencari dia untuk menetaskan rindu
Oh, begini ternyata
Semua senja itu indah,
Tapi tidak semuanya romantis

-Ratu Boko-




Adalah yang bernyanyi menggadaikan hati kepada bebunyi
Katamu melarikan diri?
Rasaku tidak,
Melihatnya, seperti camar sih
Apabila memang ada memar biarkan saja, letakkan sejenak
Camar meski sedang memar harus tetap berkicau merdu kan?
Bernyanyilah, penghibur pembawa sulur suka cita
Dengan cinta, sekedar membantu mereka yang lupa rasanya bahagia



Selamat dinihari pengais rejeki
Pagi pasti datang, nanti kita pasti pulang
Membawa sepotong senyum misalnya
Tidak perlu secercah tawa
Ah, bersandar dulu saja di kursi kayu
Mengadu sebelum kembali tegar menantang pilu
Masih ada esok, masih ada anak cucu
Toh Jogja juga masih terjaga




Banyak orang memilih melukis tubuh dengan tatto
Sedangkan ada sebagian yang melengkapi  tatto-nya dengan lukisan kebaikan melalui perbuatan
Membungkusnya dengan senyum hangat yang menurutku berwarna jingga
Lalu diikat dengan keramahan sederhana
-terima kasih sepotong kebaikan yang hanya berkelebat-




Lebih dari selembar sleeping bag yang sedang kuimpikan
Lebih dari sebongkah kehangatan
Kau menemukan teduh, seolah penyembuh rapuh, juga bersua rengkuh
-mushola, karpet, sajadah masih yang terbaik. Thank’s Alloh-





Sejatinya melacurkan diri kepada aspal yang tergilas roda-roda
Bukan si Oom bergelimang harta
Hanya sebuah kedermawanan untuk pejalan
Bukan melepas keperawanan, hanya melacurkan nasib pada jempol dan tumpangan. Ah bercanda kok :p
-Hitchhiking-


Categories:

4 komentar:

  1. Wiii... konsep puisinya bagus. Seperti potongan-potongan kisah perjalanan yang terjalin jadi satu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe makasih mas.. pengen sekali-kali muter-muter jogja terus gowes kek kamu mas :)

      Hapus
  2. Puisinya bagus banget mbak...
    Dan Jogja selalu istimewa di hati saya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih
      Jogja selalu punya ceritanya sendiri, kesan tersendiri :)

      Hapus

Yours: