Sam
bertanya, “Farah, kenapa orang-orang memanggil saya sambil menunjuk-nunjuk ke
arah saya mereka bilang, ‘Hei bule bulee!’ Apa bule itu berarti monyet atau
tarzan begitu?”
“Hahahaha…
No, Sam. Enggak. Bule itu foreigner, bahasa Indonesianya. Semacam slang.”
“Oiya,
orang-orang juga sering mengajak saya berfoto, Farah. Kenapa?”
“Oh
really? That’s because you are handsome, Sam.”
“I
don’t think so,” dia tersenyum kecut.
Kali
itu minggu keduanya di Indonesia. Usai berselancar di Batu Karas dia mendaki
Merapi. Di atas bis yang kami tumpangi laki-laki berkebangsaan Belgia ini
hendak ke Banyuwangi, nanti turun di Surabaya sebelum melanjutkan perjalanan
dengan kereta. Saya setengah sadar setengah mengantuk saat kondektur bis Safari
menepuk ringan lengan kiri saya. “Nok, ndaiso boso Inggris? Kae jal takoni meh
neng ndi?” Bahasa Inggris saya sebenarnya sama saja, standard. Selesai menanyai
dia hendak kemana dan bilang berapa uang yang harus dibayar saya tidur lagi.
Hampir
tiba di Solo ketika kondektur bilang, “Mbok dibarengi wae iku, melasi.”
“Oh
enggih pak.” … “You wanna go with me? I won’t go to Surabaya, but we use the same bus.”
Usai
turun dari bis Safari saya dan Sam langsung naik bis Eka. Kamipun mengobrol
diantara kantuk saya yang parah. Kadang baru ngobrol bentar udah merem dengan
sendirinya. Atau, saya biasa mengganjal mata dengan cara nyemil jajan. Nah
kalau jajannya habis biasanya saya tidur lagi hahaha (nyium jok bis itu saya
kek dininabobo, selalu!).
“Farah,
are you moslem?” tanyanya memecah hening saat saya sibuk makan kacang rebus.
“Hm?
Yes I am. Why?” Nggak biasanya bule
ngurus agama orang!
“Is
that a must for using em.. what you call that, above your head?”
“Oh
this is kerudung. In Qur’an I find it, that a girl should use this.”
“Emm..”
“You wanna ask me, but why other moslem girl
doesn’t use this?”
“Kamu
bisa baca pikiran ya hehe.”
“Kamu
mungkin lihat Queen Rania tak pakai kerudung juga kan, padahal dia muslim. Yes
I know Sam.”
“So
why?”
“When
somebody choose a religion it’s absolutely a private scope, right? The way they
understand also depans on them. Dan tafsir perintah Tuhan itu sangat
bermacam-macam di dunia ini, alirannya atau mashab. Setiap orang punya hak untuk memilih dia ikut yang
mana.”
“Berarti
agamamu sebebas itu?”
“No!
Nggak bebas. Tetap ada ketentuan surga-neraka, kalau nda nurut perintah Tuhan
ya masuk neraka. Nah, people should understand about religion consensus at the
very first place. Kalau surga neraka itu hal kesekian tentang their
relationship with his God, and he believes ibadah have somany ways. So, what we can do? Masing-masing sih.”
“Termasuk
ketika mereka memilih untuk membunuh orang seperti ISIS?”
Saya
diam sejenak. Takut salah ngomong, dengan modal otak dan Bahasa Inggris dibawah
garis kemiskinan. “I am not sure that ISIS is truly moslem. Tuhan dan agama
kami mencintai damai, Sam.”
“Banyak
refugee yang sangat menderita, Farah. Aku bekerja di lembaga sosial untuk
anak-anak, pekerjaanku termasuk mengurus anak-anak mereka.”
“Yes,
Sam, I know that. Is that too much kalau kubilang mereka termasuk golongan yang
salah menafsirkan perintah Tuhan?”
“I
don’t exactly know.”
“But,
actually… konflik gila itu bukan semata-mata karena agama. Coba cek kekayaan
negara-negara tempat konflik itu. Have you though about, ada ‘some body’
dibelakang itu semua yang ingin negara itu porak-poranda lalu mereka bisa masuk
dan diam-diam menguasai nantinya. Dan agama dijadikan alat untuk make their
dream comes true.”
“Some
country. Or maybe..”
“Or
maybe a partnership. Hehe…”
“I
am sorry Farah if I have been hurting you by underestimating your religion.
Because you know in my country, they are really defferent with you.”
“Sam,
you should see! Mayoritas orang di sini muslim, kondektur yang tadi kasih
kembalian ke kamu, ojek yang anter kamu ke terminal, ibu-ibu yang senyum ke
kamu. Mereka ramah kan, even saya mau duduk di sebelah kamu, shake your hand,
ngobrol, bahkan berbagi makanan. Islam doesn’t only have one face. Dan
sebenarnya yang dimaui Tuhan kami ya yang seperti ini. Kami juga nggak nyaman
dengan islamicphobia. If you don’t mind, try to see from many sides.”
Dia
diam.
“I
hope you can read some good books. And also, orang-orang Islam yang kamu kenal
membaik cara pikirnya.”
“I
hope so, Farah.”
……
Kami
mengobrolkan banyak hal lagi termasuk apa saya punya pacar, apa saya seperti
perempuan India yang kebanyakan dijodohkan, termasuk keterkejutannya ketika
saya bilang sudah memikirkan tentang pernikahan dan mendidik anak di umur saya
yang menurutnya “Koe ki esih rolikur taun ndukkkk!” Dan tentu saja, semua itu
sebelum saya tiba-tiba tertidur. Lagi! Hehehe….
Saya
pikir semua bule seperti yang SELALU diwanti-wantikan guru Bahasa Inggris.
“Mereka nggak suka ditanya hal-hal yang pribadi, agama, umur, status,
blablabla” Helaaaw seharusnya pertanyaan itu emang nggak ditanyakan termasuk ke
mereka yang bukan bule. Tapi njuk ini orang seratus lapan puluh drajat banget. Kayaknya baru kali ini ada bule begini.
Terus…
ngg—yagitulah gabisa pukul rata. Sama kan kayak kita (eh, saya) nggak bisa juga
dipukul rata keislamannya dengan yang lain. Kalokmah saya dipukul rata, eh
maksudnya disamakan dengan Dian Pelangi yang cantik sholehah idaman lelaki itu
ya sayaaaaa…. Ya saya nggak mau! Wong bakul susu tulang-belulang setengah bakul ngaaanu…. (stofirullah). Manusia
macam-macam pikirnya, macam-macam pula yang memanfaatkan pikirnya.
Alhamdulillah masih punya pikir, kak! Mari digunakan berpikir, biar nggak kayak
lempung yang berkali-kali diumpati, “Bebal kali!” itu saya ding hehehehe.
Sumber gambar: ebilogi.com
0 komentar:
Posting Komentar
Yours: