Harum
November pekat seperti kopi hitam yang baru tersentuh seduh. Penari di ujung
hidungmu adalah aroma tanah basah, buah cinta yang ditinggalkan semesta usai
persetubuhan dasyat antara angin badai dan hujan petir. Andong 1726mdpl, 26-27
November 2014. Hampir pagi, menggeliat dari bebat sleeping bag, menarik resleting dome,
dan, lagi-lagi saya masih selalu dibikin jatuh cinta. Kabut tipis mencumbu
habis matahari yang sebenarnya kami nanti-nanti. Di bawah, jauh di bawah, kota
Salatiga dan Magelang dijejali lampu, berserakan, cantik kelip-kelip. Di
belakang dome, Merbabu seperti masih
malu-malu, tapi tak pernah tampak lugu. Berdiri teguh bak seorang ibu memangku
kota dan hiruk pikuk kehidupannya. Angkuh namun cantik, seperti dosen keren fresh graduate kampus Amerikah. Asli analogi yang belakang maksa banget, gebleg ! (Efek
dikejar-kejar proposal sekeripsi.. lari ke gunung aja juga masih dikejar.. Ya
Tuhan curhat, Ya Tuhan peluk pukpuk plis).
Jalur Pendakian |
![]() |
Air gunung, setengah jam sebelum puncak |
Empat
laki-laki dan lima belas perempuan, kyaa.. ya memang antara naik gunung rame-rame dan
tongkrong PKK susah dibedakan, atau bisa juga arisan berondong mungkin (Yaamplop, elu Ghe !) This event was
sponsored by Akuntansi A UNNES 2012 (katanya
musti disebut, gitu). Cara berbagi
kebahagiaan yang terbaik adalah dengan membawa orang-orang yang menginginkan
kebahagiaan yang sama langsung pada sumbernya. Luapan kegembiraan mencapai
puncak, teriakan dan senyuman, keriuhan mendirikan dome, hingga kekonyolan membawa sebotol besar parfum karena takut
bau kecut. Oh.. pendakian punya istimewanya masing-masing, semesta, pun
orang-orang dan segala rupa tingkah
mereka.
![]() |
Leptocorisa oratorius alias Walang sangit, cantik tapi kok bau >_< |
![]() |
Hai cantiiik :* |
Hari
sebelumnya kami berangkat dengan sepuluh motor dari Semarang dengan rute Semarang-Salatiga-Kopeng-Grabag-Ngablak.
Usai lapor dan membayar retribusi Rp 5000,00 per orang, pukul 14.45 kami mulai
menyusuri jalur pendakian. Mengkoordinir lima belas perempuan cantik ternyata
bukan hal mudah. Yang kuat suka nekat, yang belakang banyak yang keteteran
ngos-ngosan, belum juga momen narsis dengan tongsis.
(akhirnya gua narsis pakek tongsis di
gunung, nebeng lagi #eah). Namanya juga pendakian ceria, alon-alon asal kelakon, selamet dan
bahagia :D . (Distribusi) laki-laki baru efektif setelah hampir separuh
perjalanan. Tanjakan Andong yang sedikit
bonusnya lumayan menggoyang betis, selalu
kamu ya cenut-cenut ya euh. Menikmati tegukan air minum sambil mengagumi Merbabu
adalah pengganti bonus track datar.
Kami menghabiskan waktu dua jam lebih hingga sampai ke puncak. Prinsip sore itu
adalah puncak tidak perlu dikejar, ga
lari kemana-mana kok. Selama masih ada lagu mengalun, ya tetep nyanyi-nyanyi bahagia gitu :D
One of random selfie, eh groove ding :p |
Kami
langsung membongkar peralatan dan mendirikan dome begitu sampai puncak. Sebagian tergoda aura Merbabu, taking pictures, jingkrak-jingkrang, teriak
bahagia, whatta unforgatable moment (efek
semester hampir tua). Kami membawa tiga dome.
Satu dome besar untuk sebelas orang,
dan dua dome sedang kapasitas empat
orang. Saya satu dome dengan Ani,Liani, dan Teteh. Dome sedang yang
lain untuk teman-teman laki-laki.
“Mendung,
man!” kekhawatiran saya. Untuk
sebagian besar teman-teman ini gunung pertamanya. Bukan, bukan masalah kecewa
kehilangan jingganya senja, hanya perempuan ini masih yang sama, PARNOAN, takut
gelap, takut petir, takut badai, imajinasinya ke mana-mana. Kikik dan Teteh
menenangkan saya, mereka sudah pernah melalui badai rumah tangga #lhoh :p. Mereka
adalah pasangan petualang yang jadian di Merbabu dan mau ijab kobul di Semeru
#ngawur! Tugas kami memastikan flysheet tidak menempel pada kain dome telah terlaksana dengan baik,
setidaknya kebocoran tenda kalau saja hujan datang bisa diminimalisir.
![]() | ||
Cantik :)
|
![]() |
(ngoyo) cantik :'( |
Yang
berkesan diantara camp ceria ini adalah kegiatan memasak. Rame! (calon) ibu-ibu
ini riuh, saya mah mending mundur dan
main poker (Oh shame on you maam!) hehe.
Usai sholat Isya akhirnya seluruh makanan itu matang. Nasi, mie instan, telur,
tempe goreng, sosis, dan lain-lain, tetap etamah
apa aja sedap. J
Dingin gunung yang terkadang menusuk-nusuk seperti teman perebut mantan #eh membuat tidak banyak teman yang bertahan
di luar dome. Paula berhasil
menyalakan unggun, sedikit memberi kehangatan setelah beberapa cangkir kopi dan
susu cokelat.
![]() |
Seni memasak :) |
Lewat
pukul sepuluh, tersisa Kikik, Teteh, Yanuar, Liani, Bintang, Ani, dan saya,
menggelar matras dan berbekal sleeping bag bobo
dibawah jutaan bintang Yiiiippiii :D Kami mengobrolkan banyak hal, tentang impian
Kikik dan Teteh honeymoon di Rinjani,
tentang kentut Bintang yang membabi buta, cara memasak nasi pakai plastik,
laki-laki impian Liani, hingga mata kuliah Metolit (OH GOD, metolit always hugs us :* ) Beberapa dari kami termasuk
saya sudah tertidur ketika gerimis turun. Yanuar dan teteh membangunkan, kami
segera masuk ke dalam dome. Tak butuh
waktu lama, badai sodara-sodara!! Petir dan angin seperti ingin merobohkan dome, sementara air hujan dimuntahkan
langit begitu saja. Liani dan saya tidak berani tidur. Takut. Kami memilih
saling merapal doa, sesekali terpejam sekilas saat cahaya petir melewati dome. Air merembes di atas kepala saya,
Liani mengambil baju ganti di tasnya dan meletakkan sekenanya dibawah tetesan.
Matras yang mulai basah kami lapisi dengan jas hujan. Selebihnya kami terjaga
dalam diam sembari komat-kamit dengan doa masing-masing, Teteh dan Ani tidur
juga tanpa suara. Dome seberang, yang
diisi sebelas orang juga bocor. Flysheet
terlepas di bagian depan, air menggenang di beberapa tempat, sepertinya mereka
juga tidak bisa tidur. Reda… reda.. hujan reda.. pagi.. pagi.. itu yang ada di
otak kami.
Dan..
Badai memang pasti berlalu
Sebelum
subuh, saya keluar. Masih sangat dingin dan berkabut, tapi tanpa badai.
Alhamdulillah. Beberapa pendaki lain sudah siap menstel kamera mereka, sekadar
menunggu sunrise. Sebagian teman saya
juga telah ikut berdiri kedinginan. Kami menunggu. Ada sedikit oranye di timur,
tapi ditangkap lensa kamera saja tidak bisa. Yasudah, hingga hampir pukul
delapan matahari tidak mau muncul. Untungnya, tidak terdengar keluhan
teman-teman, mereka tetap bahagia dan sangat menikmati suasana sekitar.
Kikik dan teteh :) emak bapak kami :') |
Seseorang
pernah nyiyir bertanya pada saya, “Ngapain
ndaki capek-capek kalau sunset nggak dapet, sunrise juga nggak dapet?” Ya Tuhan, tahu tidak, rasanya saya ingin
menggandeng tangannya dan mengajak dia mendaki bareng. (alay mak!) J Saya newbie untuk masalah pendakian, anak kemarin sore. Tapi ya tahu diri setidaknya, diberi alam secantik itu
sama Tuhan. Gunung kan bukan puncak dan mataharinya saja. Hutan, tanjakan,
persaudaraan, kabut, bahkan badaipun selalu punya ceritanya sendiri. Mencintai
dan memaknai. Susah memang menjelaskan kepada yang cintapun tidak. Biar saja… pada akhirnya
secinta-cintanya saya dengan alam, dengan pendakian atau perjalanan, tetap
harus ingat bahwa tidak semua orang sepemikiran dengan saya. Merekapun punya
kecintaan akan hal lain. Kecintaan saya dan kecintaan mereka punya istimewa
masing-masing. Bukan kapasitas saya untuk membuat mereka mencintai alam dengan
berpetualang di dalamnya. Namun satu hal, adalah wajib hukumnya menyebarkan
virus mencintai semesta. Sedang caranya, serahkan sepenuhnya pada mereka
sendiri.
![]() |
Mencumbu kabut :* |
Pagi
dipungkasi dengan sarapan, berkemas, dan membersihkan sampah. Turun, lalu
kembali ke Semarang, ngejar kuliah jam 4. Kalo ini musti di kejar
karena dosen dan waktu bukan puncak yang nggak lari kemana hehe :D
I
love you :*
Rincian
Biaya:
Transport
(bensin patungan) Rp
15.000,00
Sewa
alat dan logistic (patungan) Rp
16.000,00
Retribusi
masuk kawasan + parker Rp 5000,00
Jajan
dll Rp 20.000,00
Total Rp 56.000,00
Basecamp Truna Jayagiri
(Rumah Mbah Jono/Solikin)
RT/TW 03/05, Dusun Sawit, Desa
Girirejo
Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang
C.P 08156507492
Ancer-ancer:
Start
dari jalan raya Semarang Solo tepatnya di terminal Pasar Sapi Salatiga
Ambil arah Magelang
Kopeng
Gapura pasar Ngablak belok kanan
Grabag
jika melewati
lapangan sepak bola ngablak berarti anda di jalur yang benar → maju sekitar 2
KM akan ada pertigaan makam dusun kenteng (perhatikan Plang Arah Penunjuk
jalan) → belok kiri dan ikuti jalan itu sampai bertemu plang selanjutnya → SD
Girirejo 2 (belok kanan) → Sampai lah di Dusun SAWIT. Basecamp ada di ujung gang sebelum lahan persawahan penduduk.
Wah, Mbak Geriel gag ngajak2 nih kemping ceria di Gunung Andong. Eh, tapi jauh juga sih dari Jakarta, hehehe
BalasHapusDeket sebenernya mas, kalo diniatin hehe :D
BalasHapusKlo camping emang seru kalau rame2...suka liat kabutnya...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusiya bener banget, berasa bahagia kaum muda haha :D
HapusThank you anyway, sudah mampir :)