Apa sebenarnya
yang kamu cari? Sekedar teradiksi, jumawa, pengakuan, kekuatan, semua itu kah?
Semesta memang mengadiksi, tapi bercengkrama dengannya tidak bisa dihargai sepicis
itu. Kebanggaan, kekuatan, pengakuan, hanya beberapa dari yang akan luruh, mengecilkan
siapa kamu di tempatmu berpijak. Jika sudah begitu, maka sejatinya seberapa
kerdil kamu di mata Yang menciptakan semesta?
Saya kembali
lagi ke gunung, dalam hidup saya saat ini telah terbenih janin kerinduan baru,
kerinduan pada gunung. Ah sok bijak dan
filosofis lu! Nggak tau, ngobrolin gunung untuk ukuran perempuan labil,
petakilan, yang drama dan alay seperti saya memunculkan sesuatu yang lain.
Rasanya ada yang beda, ada desiran tertentu yang membuat gunung terlalu
dijubeli aura yang tidak bisa saya jelaskan. Ini bukan tempat saya bisa
ngeluyur asal berangkat, asal cabut, asal hahahihi, dan asal-asalan yang lain.
Gunung telah menawan sepersekian dari hati saya, sekaligus membekap sebagian
kegeblekan konyol yang bandelnya naudzubillah.
Sabtu, 22 Juni
2014, Merapi 2968 mdpl melalui New Selo. Empat puluh laki-laki dan dua perempuan termasuk
saya mulai menapaki jalur pendakian sekitar pukul setengah sembilan malam. Mau ndaki gunung apa mau karnaval mbak? Ah
mereka terlalu ganteng untuk ukuran artis karnaval. Wakakaka. Nyali saya sempat ciut saat sebelumnya
hujan turun disertai petir di base camp
Barameru. Di gunung hunjannya regional
kok. Ini bukan musim badai, tenang aja. Kata
teman- teman yang menggerus ketakuatan saya. Biasa, drama di kepala saya sudah muter
suasana yang hujan gede lah, yang hypothermia, yang badai, yang… yang keterlaluan parnonya. That’s me, sometimes I need to pack my
imagination on my bag. Iya amatir
kece, newbie kemarin sore yang belum pernah mengalami kengerian gunung tapi
otaknya suka bikin yang lebih horor daripada itu semua.
Kami keluar dari
Barameru sekitar pukul setengah sembilan malam, asli, tanjakannya nggak pakek
Assalamualaikum men. Keluar base camp sampai ujung nanjak terus euy. Pemanasan
jalan aspal landaipun tidak berlaku.
Baiklah, selamat malam tanjakan, sepertinya masa bercinta kita butuh banyak
tenaga. Jika orang bilang langkah pertama menentukan segalanya, it
doesn’t happend to me. Langkah-langkah di satu kilo meter pertama itu
neraka, kalau di sini saya mengenaskan, tapi tidak terjadi untuk yang semakin
ke atas. Ngos-ngosan, kaki pegel, lemes seolah memuncak di sini, entah bagian
dari adaptasi atau apalah itu. Selebihnya setelah satu kilo meter pertama ya
tetap saja ngos-ngosan sih tapi oke-oke saja.
Nanjak berempat
puluh lebih itu berasa penmas, gaya lu
kek udah pernah penmas aja hehe. Yabegitulah, rame, ricuh, dan nyiksa, saya
selalu di-bully lelaki-lelaki tidak
bertanggung jawab itu! Ngomong apa
mbakayu! Hehe :P Nggak terus runtung-runtung berempat dua juga sih, banyak
yang memilih ngetrack dengan speed
maksimal dan nyampek tempat ngecamp jauh lebih awal. Jalur pendakian Merapi
bercabang-cabang, yang bernama ada jalur Kartini, saya nggak lewat jalur ini.
Ujung-ujungnya dari kesemua jalur titik temunya ada di batu segede gajah. Mas, pos satunya mana? Tanya saya. Tetiba udah nyampek pos dua
aja, nggak ngeh ada pos satu atau tidak. Perndakian terus berlanjut dengan
jalur sempit berbatu dan masih setia dengan tanjakan juga kemiringan ekstrem. Sebagian
besar pendaki akan mendirikan dome di Pasar Bubrah, hamparan tanah lapang
dengan serakan batu tepat dibawah puncak. Kami ngecamp di bukit sebelum Pasar
Bubrah, dari sini sudah tampak jalur menuju puncak, yep berbatu dan berpasir.
 |
sebelum nengok langit dan terpukau :) |
Subuh kala itu
teramat dramatis. Kedinginan dan gemeletuk gigi saya rasanya terserap habis
oleh pemandangan yang cantiknya keterlaluan. PROSES MATAHARI TERBIT.
Subhanallah, sholat subuh yang agak telat dengan suasana sekeren ini membuat
saya gemeteran. Tetiba di salah satu sujud saya teringat omongan adik saya,
“Kalo kamu ijin naik gunung atau kluyuran sekarepmu dewe kek gitu ibuk malemnya
nggak bisa tidur tauk, mikirin kamu! Cuma khawatirnya nggak diliat-liatin.
Kamu’ik bandel!” Nggak tau, tetiba keinget ibu saya, perempuan hebat itu. Betapa
saya sering ngajakin main adrenalin. Ibu tidak pernah mencecar saya dengan
pertanyaan-pertanyaan “Apa sing mbok
golek’i? Sampek kapan ngene iki terus? Arep dadi apa lak mikir senengmu dewe
terus?” Ibu hanya selalu bilang ibu sangat bahagia melihat saya bahagia. Dan
lebih bahagia lagi ketika saya bisa menjalani apa yang belum pernah ibu jalani.
Ibu juga yang menanamkan bahwa kemanjaan
dan kekanak-kanakan saya harus bertemu titik balik, titik usai, sedangkan saya
harus menemukan titik itu sendiri ketika habis masa remaja saya. Entahlah,
berada di tempat yang sedekat ini dengan langit, segersang ini, teman-teman
yang baiknya nggak ketulungan, menatap puncak…. Tuhan, terimakasih untuk
semestanya, terimakasih untuk kesempatan-kesempatan, terimakasih telah menitipkan
saya kepada perempuan hebat yang saya panggil ibu. Trimakasih J
 |
Langit, apa kabar kamu? |
 |
Hallo pink, hallo jingga, hallo cantik... |
 |
Candid, me and sun rise |
Summit attack. Jalur menuju puncak yang
saya lalui adalah sisi kiri berpasir. Bebatuan gelundung semaunya, sumpah bikin
parno men! Waktu turun kepala saya sempat dicium batu seukuran dua kepalan
tangan. Tambah oneng nggak Ghe?
Sepertinya iya, harap dimaklumi kalau keonyonan saya meningkat. Hahaha. Saya
belum pernah ke Semeru, baru melihat video youtube sama pilem 5cm, nah
track-nya mirip kek gitu. Batu-batu mudah goyang, krakal (lebih besar daripada
kerikil), pasir, dan selebihnya adalah tebing curam. Kalau ingin nostalgia
dengan masa kanak-kanak, etah bisa banget! Pas turun prosotan di pasir hahaha….
Tidak disarankan berhenti terlalu lama di tengah-tengah track ke puncak. Ntar benjol kek saya :D Ada beberapa
pedaki yang mencari jalur alternaifnya sendiri, naik lewat sisi kanan yang
notabene tebing dengan batuan lebih kokoh. Namun tidak banyak yang menemukan
jalan yang tepat. Jadi sebaiknya menggunakan jalur yang wajar saja J
 |
Perkenalkan, nama saya Alay, hobi saya akting :p |
 |
Good morning, Pasar Bubrah :D |
 |
No coment ! |
Puncak Garuda
sudah hilang akibat erupsi tahun 2010, sedangkan Kawah Woro masih aktif mengepulkan
asap berbau belerang. Merapi teramat ramai Minggu pagi itu, puncak bejubelan
orang. Sebagai gunung api teraktif di Indonesia Merapi juga menjadi salah satu
destinasi incaran wisatawan asing. Banyak bule betebaran.
 |
Kemewahan itu..... |
 |
Prosotan keceeeh :D |
Saya sampai di
atas saat sebagian dari teman-teman seper-camp-an
sudah mulai turun. Satu yang saya sesalkan, jajannya
abis men… gue laperr. Huaa!:P Hanya tersisa beberapa orang teman yang masih
di atas. Di tengah-tengah mereka membuat saya bahagia, asli ini bukan sinetron!
Orang-orang yang saya kenal hanya sebatas nama, pun tidak tahu menahu tentang
saya dan kehidupan saya. Simple!
Kebaikan-kebaikan yang kadang membuat saya mikir, ini faktor gunung apa asli begini
sih! Sedangkan selanjutnya kami memilih membungkus kebahagian dan kebaikan
sederhana ini ke dalam carrier.
Menggendongnya ke kota masing-masing. Banyak yang berlanjut menjadi lebih
dekat, bahkan melebihi teman, seperti keluarga, banyak juga yang tidak. Menyapa
sekedar lewat jejaring social, bertemu saat lewat kota mereka, ah semesta
selalu luar biasa menyatukan manusia. Banyak cara orang menemukan teman-teman
dan keluarga baru, sedangkan jika ada cara yang semengesankan ini, kenapa masih
memilih menggulung diri di pojokan kamar?
.jpg) |
Langit masih biru.. |
 |
Dadahin Merbabyuuuh |
 |
Betapa... |
Kami sering
mendengar pertanyaan Dapet apa dari naik
gunung? Dapet apa dari puncak? DAPET JODOH (palelu!) berjodoh dengan hatimu
sendiri (my own opinion). Keterikatanmu kepada diri sendiri adalah memahami
siapa kamu sebenarnya, bagaimana hatimu akan bekerja keras di sini, di gunung.
Bukan puncak yang ditahklukkan, namun hatimu sendiri, kesabaran, perjuangan,
kesetiakawanan, ketulusan dan kebaikan. Seberapa tinggi dia, semoga lebih
tinggi dari ego sekedar meraih puncak. Bukankah begitu yang namanya perjalanan?
Perjalanan hidup.
 |
Bapak-bapak ini... KAGA ADA MATINYA ! |
 |
Should I say good bye :( |
I love you :*
keren,,moga bisa kesana juga
BalasHapusikut mengamini mbak :)
Hapuswaahhhhh,,, serunya bisa naik gunung,,, jadi kepingin juga kesana, Kpana ya? *mikirin dulu deh. :)
BalasHapushehe.. jangan kelamaan mikirnya, ntar keburu erupsi lagi loh :)
Hapusrame banget ya...jadi pengen naik gunung...
BalasHapusMonggo, gunung di jawa recomended untuk dicoba :)
Hapus