Jumat, 04 Juli 2014

Merapi 2968 mdpl, Selamat Pagi Hati Matahari






Apa sebenarnya yang kamu cari? Sekedar teradiksi, jumawa, pengakuan, kekuatan, semua itu kah? Semesta memang mengadiksi, tapi bercengkrama dengannya tidak bisa dihargai sepicis itu. Kebanggaan, kekuatan, pengakuan, hanya beberapa dari yang akan luruh, mengecilkan siapa kamu di tempatmu berpijak. Jika sudah begitu, maka sejatinya seberapa kerdil kamu di mata Yang menciptakan semesta?
Saya kembali lagi ke gunung, dalam hidup saya saat ini telah terbenih janin kerinduan baru, kerinduan pada gunung. Ah sok bijak dan filosofis lu! Nggak tau, ngobrolin gunung untuk ukuran perempuan labil, petakilan, yang drama dan alay seperti saya memunculkan sesuatu yang lain. Rasanya ada yang beda, ada desiran tertentu yang membuat gunung terlalu dijubeli aura yang tidak bisa saya jelaskan. Ini bukan tempat saya bisa ngeluyur asal berangkat, asal cabut, asal hahahihi, dan asal-asalan yang lain. Gunung telah menawan sepersekian dari hati saya, sekaligus membekap sebagian kegeblekan konyol yang bandelnya naudzubillah.
Sabtu, 22 Juni 2014, Merapi 2968 mdpl melalui New Selo. Empat puluh laki-laki dan dua perempuan termasuk saya mulai menapaki jalur pendakian sekitar pukul setengah sembilan malam. Mau ndaki gunung apa mau karnaval mbak? Ah mereka terlalu ganteng untuk ukuran artis karnaval. Wakakaka.  Nyali saya sempat ciut saat sebelumnya hujan turun disertai petir di base camp Barameru. Di gunung hunjannya regional kok.  Ini bukan musim badai, tenang aja. Kata teman- teman yang menggerus ketakuatan saya. Biasa, drama di kepala saya sudah muter suasana yang hujan gede lah, yang hypothermia, yang badai, yang…  yang keterlaluan parnonya. That’s me, sometimes I need to pack my imagination on my bag.  Iya amatir kece, newbie kemarin sore yang belum pernah mengalami kengerian gunung tapi otaknya suka bikin yang lebih horor daripada itu semua.
Kami keluar dari Barameru sekitar pukul setengah sembilan malam, asli, tanjakannya nggak pakek Assalamualaikum men. Keluar base camp sampai ujung nanjak terus euy. Pemanasan jalan aspal  landaipun tidak berlaku. Baiklah, selamat malam tanjakan, sepertinya masa bercinta kita butuh banyak tenaga. Jika orang bilang langkah pertama menentukan segalanya,  it doesn’t happend to me. Langkah-langkah di satu kilo meter pertama itu neraka, kalau di sini saya mengenaskan, tapi tidak terjadi untuk yang semakin ke atas. Ngos-ngosan, kaki pegel, lemes seolah memuncak di sini, entah bagian dari adaptasi atau apalah itu. Selebihnya setelah satu kilo meter pertama ya tetap saja ngos-ngosan sih tapi oke-oke saja.
Nanjak berempat puluh lebih itu berasa penmas, gaya lu kek udah pernah penmas aja hehe. Yabegitulah, rame, ricuh, dan nyiksa, saya selalu di-bully lelaki-lelaki tidak bertanggung jawab itu! Ngomong apa mbakayu! Hehe :P Nggak terus runtung-runtung berempat dua juga sih, banyak yang memilih ngetrack dengan speed maksimal dan nyampek tempat ngecamp jauh lebih awal. Jalur pendakian Merapi bercabang-cabang, yang bernama ada jalur Kartini, saya nggak lewat jalur ini. Ujung-ujungnya dari kesemua jalur titik temunya ada di batu segede gajah. Mas, pos satunya mana?  Tanya saya.  Tetiba udah nyampek pos dua aja, nggak ngeh ada pos satu atau tidak. Perndakian terus berlanjut dengan jalur sempit berbatu dan masih setia dengan tanjakan juga kemiringan ekstrem. Sebagian besar pendaki akan mendirikan dome di Pasar Bubrah, hamparan tanah lapang dengan serakan batu tepat dibawah puncak. Kami ngecamp di bukit sebelum Pasar Bubrah, dari sini sudah tampak jalur menuju puncak, yep berbatu dan berpasir.

sebelum nengok langit dan terpukau :)
Subuh kala itu teramat dramatis. Kedinginan dan gemeletuk gigi saya rasanya terserap habis oleh pemandangan yang cantiknya keterlaluan. PROSES MATAHARI TERBIT. Subhanallah, sholat subuh yang agak telat dengan suasana sekeren ini membuat saya gemeteran. Tetiba di salah satu sujud saya teringat omongan adik saya, “Kalo kamu ijin naik gunung atau kluyuran sekarepmu dewe kek gitu ibuk malemnya nggak bisa tidur tauk, mikirin kamu! Cuma khawatirnya nggak diliat-liatin. Kamu’ik bandel!” Nggak tau, tetiba keinget ibu saya, perempuan hebat itu. Betapa saya sering ngajakin main adrenalin. Ibu tidak pernah mencecar saya dengan pertanyaan-pertanyaan “Apa sing mbok golek’i? Sampek kapan ngene iki terus? Arep dadi apa lak mikir senengmu dewe terus?” Ibu hanya selalu bilang ibu sangat bahagia melihat saya bahagia. Dan lebih bahagia lagi ketika saya bisa menjalani apa yang belum pernah ibu jalani. Ibu juga yang menanamkan bahwa  kemanjaan dan kekanak-kanakan saya harus bertemu titik balik, titik usai, sedangkan saya harus menemukan titik itu sendiri ketika habis masa remaja saya. Entahlah, berada di tempat yang sedekat ini dengan langit, segersang ini, teman-teman yang baiknya nggak ketulungan, menatap puncak…. Tuhan, terimakasih untuk semestanya, terimakasih untuk kesempatan-kesempatan, terimakasih telah menitipkan saya kepada perempuan hebat yang saya panggil ibu. Trimakasih J

Langit, apa kabar kamu?
Hallo pink, hallo jingga, hallo cantik...

Candid, me and sun rise
Summit attack. Jalur menuju puncak yang saya lalui adalah sisi kiri berpasir. Bebatuan gelundung semaunya, sumpah bikin parno men! Waktu turun kepala saya sempat dicium batu seukuran dua kepalan tangan. Tambah oneng nggak Ghe? Sepertinya iya, harap dimaklumi kalau keonyonan saya meningkat. Hahaha. Saya belum pernah ke Semeru, baru melihat video youtube sama pilem 5cm, nah track-nya mirip kek gitu. Batu-batu mudah goyang, krakal (lebih besar daripada kerikil), pasir, dan selebihnya adalah tebing curam. Kalau ingin nostalgia dengan masa kanak-kanak, etah bisa banget! Pas turun prosotan di pasir hahaha…. Tidak disarankan berhenti terlalu lama di tengah-tengah track ke puncak. Ntar benjol kek saya :D Ada beberapa pedaki yang mencari jalur alternaifnya sendiri, naik lewat sisi kanan yang notabene tebing dengan batuan lebih kokoh. Namun tidak banyak yang menemukan jalan yang tepat. Jadi sebaiknya menggunakan jalur yang wajar saja J
Perkenalkan, nama saya Alay, hobi saya akting :p

Good morning, Pasar Bubrah :D
No coment !

Puncak Garuda sudah hilang akibat erupsi tahun 2010, sedangkan Kawah Woro masih aktif mengepulkan asap berbau belerang. Merapi teramat ramai Minggu pagi itu, puncak bejubelan orang. Sebagai gunung api teraktif di Indonesia Merapi juga menjadi salah satu destinasi incaran wisatawan asing. Banyak bule betebaran.
Kemewahan itu.....

Prosotan keceeeh :D
Saya sampai di atas saat sebagian dari teman-teman seper-camp-an sudah mulai turun. Satu yang saya sesalkan, jajannya abis men… gue laperr. Huaa!:P Hanya tersisa beberapa orang teman yang masih di atas. Di tengah-tengah mereka membuat saya bahagia, asli ini bukan sinetron! Orang-orang yang saya kenal hanya sebatas nama, pun tidak tahu menahu tentang saya dan kehidupan saya. Simple! Kebaikan-kebaikan yang kadang membuat saya mikir, ini faktor gunung apa asli begini sih! Sedangkan selanjutnya kami memilih membungkus kebahagian dan kebaikan sederhana ini ke dalam carrier. Menggendongnya ke kota masing-masing. Banyak yang berlanjut menjadi lebih dekat, bahkan melebihi teman, seperti keluarga, banyak juga yang tidak. Menyapa sekedar lewat jejaring social, bertemu saat lewat kota mereka, ah semesta selalu luar biasa menyatukan manusia. Banyak cara orang menemukan teman-teman dan keluarga baru, sedangkan jika ada cara yang semengesankan ini, kenapa masih memilih menggulung diri di pojokan kamar?
Langit masih biru..
Dadahin Merbabyuuuh

Betapa...


Kami sering mendengar pertanyaan Dapet apa dari naik gunung? Dapet apa dari puncak? DAPET JODOH (palelu!) berjodoh dengan hatimu sendiri (my own opinion). Keterikatanmu kepada diri sendiri adalah memahami siapa kamu sebenarnya, bagaimana hatimu akan bekerja keras di sini, di gunung. Bukan puncak yang ditahklukkan, namun hatimu sendiri, kesabaran, perjuangan, kesetiakawanan, ketulusan dan kebaikan. Seberapa tinggi dia, semoga lebih tinggi dari ego sekedar meraih puncak. Bukankah begitu yang namanya perjalanan? Perjalanan hidup.

Bapak-bapak ini... KAGA ADA MATINYA !


Should I say good bye :(


                                                             I  love you :*







All fotoes was taken by Andrie MandalaM. A Yahya and me :)



Categories: ,

6 komentar:

  1. keren,,moga bisa kesana juga

    BalasHapus
  2. waahhhhh,,, serunya bisa naik gunung,,, jadi kepingin juga kesana, Kpana ya? *mikirin dulu deh. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. jangan kelamaan mikirnya, ntar keburu erupsi lagi loh :)

      Hapus
  3. rame banget ya...jadi pengen naik gunung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo, gunung di jawa recomended untuk dicoba :)

      Hapus

Yours: